Huawei merilis Global Connectivity Index 2016 (GCI 2016) yang merupakan pengukuran atas perkembangan transformasi digital dari 50 negara di dunia dengan memanfaatkan Information and Communication Technology (ICT). Dinyatakan dalam publikasi tersebut bahwa tren utama dalam tahun 2015 adalah pengembangan broadband baik dari sisi cakupan maupun kecepatan.
Metode pengukuran yang dilakukan oleh GCI adalah dengan menilai 4 aspek dari ICT yang terdiri dari Supply, Demand, Experience, dan Potential. Keempat aspek ini dinilai pada 50 negara yang dipilih untuk kemudian dilakukan analisis dan pemeringkatan. Grafik berikut menggambarkan peringkat serta kelompok masing-masing negara berdasarkan hasil pengukuran tersebut:
Berdasarkan hasil pengukuran atas 50 negara tersebut, Indonesia menduduki posisi ke 41. Seperti terlihat pada grafik diatas, posisi Indonesia (bulatan merah) menunjukkan bahwa Indonesia masuk kedalam kelompok “Starters”, dari 3 kelompok yang tersedia yaitu “starters”, “adopters”, dan “frontrunners”. Tabel dibawah ini menunjukkan penjelasan masing-masing kelompok tersebut:
Indonesia berada di posisi yang sangat dibawah berdasarkan hasil pengukuran GCI ini. Dibandingkan dengan negara tetangga yaitu Singapura yang berada di posisi nomor 2 setelah Amerika Serikat, dan Malaysia di posisi nomor 25 serta di posisi nomor 34, yang keduanya (Malaysia dan Thailand) masuk kedalam kelompok adopters.
Tantangan Indonesia yang cukup tinggi tentunya disebabkan oleh luasnya wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan serta jumlah penduduknya yang banyak. Hal ini menyebabkan tidak mudahnya pembangunan infrastruktur ICT dilakukan di Indonesia. Selain itu, sejak tahun 2014 Indonesia dihadapi dengan kondisi ekonomi yang kurang baik, dengan pertumbuhan ekonomi dibawah target pemerintah, mengakibatkan investasi di ICT yang tidak dapat dilakukan dengan optimal.
Beberapa penghambat yang harus di perhatikan oleh Indonesia, seperti dinyatakan dalam publikasi ini, adalah:
- perbaikan dari sisi regulasi yang membatasi bahwa 30% komponen smartphone dan tablet harus di produksi dalam negri, dimana pada kenyataannya industri di indonesia juga belum memiliki basis yang kuat untuk mendukung hal ini.
- pengurangan subsidi bagi investor asing
- perekrutan tenaga ahli asing, dorongan investasi asing, dan mengurangi kompleksitas birokrasi mungkin dapat membantu Indonesia tetap dalam jalurnya.
Tentunya kita semua berharap, pemerintah dapat segera memperbaiki kondisi ekonomi sehingga memiliki cukup dana untuk mendorong kemajuan industri digital di Indonesia melalui pengembangan dan perbaikan infrastruktur ICT. Kegiatan pembangunan Infrastruktur di sisi transportasi, kelistrikan, serta energi yang secara besar-besaran dilakukan saat ini oleh pemerintah semoga dapat membuahkan hasil yang baik yang tentunya dapat berdampak kepada kemajuan ICT di Indonesia.